I.
PENDAHULUAN
Secara genetik ikan nila GIFT ( Genetic Improvement for Farmed Tilapia )
telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lehih
tinggi dibandingkan dengan jenis ikan nila lain. Selain itu, ikan nila
mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam budidayanya akan sangat efisien, dalam
biaya pakannya rendah. Padahal Komponen biaya pakan dalam usaha budidaya
mencapai 70% dari biaya produksi. Sebagai perbandingan nilai efisiensi
pakan atau konversi pakan ( Food Conversion Ratio ), ikan nila yang
dibudidayakan di tambak atau karamba jaring apung adalah 0,5 - 1,0 ; sedang ikan
mas sekitar 2,2 - 2,8.
Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh
berbeda, nila jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina. Disamping
itu, yang betina apabila sudah mencapai ukuran 200 g pertumbuhannya semakin
lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat. Hal ini akan
menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi. untuk mengantisipasi
kendala ini, saat ini sudah dilakukan proses jantanisasi atau membuat populasi
ikan menjadi jantan semua ( Sex-reversal ) yaitu dengancara pemberian
hormon 17 Alpa methyltestosteron selama perkembangan larva sampai umur 17 hari.
Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara
terkontrol ( pasangan ) dalam bak-bak beton. Pemijahan secara massal
ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam
memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.
Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di kolam, karamba jaring apung atau di
tambak. Budidaya nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya
adalah 25.000 kg/ha/panen, di karamba jaring apung 1.000 kg/unit (50 m2)/panen
(200.000 kg/ha/panen), dan di tambak sebanyak 15.000 kg/ha/panen.
Tekstur daging ikan nila memiliki ciri tidak ada duri kecil dalam
dagingnya. Apabila dipelihara di tambak akan lebih kenyal, dan rasanya
lebih gurih, serta tidak berbau lumpur. Oleh kerena itu, ikan nila layak
untuk digunakan sebagai bahan baku
dalam industri fillet dan bentuk-bentuk olahan lain.
A.
Pembenihan
Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua kelompok yaitu kolam
pemijahan dan kolam pendederan. Kolam-kolam sebaiknya dibuat dengan
pematang yang kuat , tidak porous ( rembes ), ketinggian pematang aman (
minimal 30 cm dari permukaan air ), sumber pemasukan air yang terjamin
kelancarannya, dan luas kolam masing - masing 200 m2. Di
samping itu perlu di perhatikan juga keamanan dari hama pemangsa ikan seperti
anjing air, burung hantu, kucing dan lain-lain, sehingga dianjurkan agar
agar lingkungan perkolaman babas dari pohon pohon yang tinggi dan rindang,
sementara sinar matahari pun dapat masuk ke dalam kolam.
Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor. perbandingan betina
dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor /m2.
Pemberian pakan berbentuk pellet sebanyak 2% dari bobot biomassa per hari dan
diberikan tiga kali dalam sehari. Induk ikan ini sebaiknya didatangkan
dari instansi resmi yang melakukan seleksi dan pemuliaan calon induk
diantaranya Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi, sehingga kualitas
kemurnian dan keunggulannya terjamin.
Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari. Setiap induk betina
menghasilkan larva ( benih baru menetas ) pada tahap awal sekitar 300 g
sebanyak 250-300 ekor larva. Jumlah ini akan meningkat sampai mencapai
900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk betina ( 900 g ). Setelah
selesai masa pemijahan dalam satu siklus ( 45 hari ), induk-induk betina
diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan selama 3-4 minggu dan diberi
pakan dengan kandungan protein diatas 35 %.
Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasidi kolambiasanya induk-induk
betina mulai ada yang beranak, menghasikan larva yang biasanya masih berada
dalam pengasuhan induknya. Larva -larva tersebut dikumpulkan denga cara
diserok memakai serokan yang terbuat dari kain halus dan selanjutnya ditampung
dalam happa ukuran 2 x 0,9 x 0,9 m3. Pengumpulan larva
dilakukan beberapa kali dari pagi sampai sore, dan duusahakan larva yang
terkumpul satu hari ditampung minimal dalam satu happa.
B.
Jantanisasi Benih.
Untuk mendapatkan benih ikan nila tunggal kelamin jantan ( monoseks ) maka
dilakukan proses jantanisasi. Untuk keperluan ini diperlukan minimal 24
buah happa ukuran masing-masing 2 x 2 x 2 m3 yang ditempatkan dalam
kolam dengan luas kurang lebih 400 m2 dan kedalam air minimal 1,5
m. Kedalam setiap hapa dapat diisi larva ikan sebanyak 20.000-30.000 ekor
. Larva diberi pakan berbentuk tepung yang telah dicampur dengan hormon
17 Alpha Methyl Testosteron sampai masa masa pemeliharaan selama 17 hari.
Larva
hasil proses jantanisasi selanjutnya dipelihara dalam kolam pendederan
berukuran 200 m2. Kolam sebelumnya harus dikeringkan,
lumpurnya dikeduk, diberi kapur sebanyak 50 g/m2, dan diberi pupuk
kotoran ayam sebanyak 250 g/m2. Setelah pengapuran dan
pemupukan, kolam diisi secara perlahan-lahan sampai ketinggian air sekitar 70
cm, digenangi selama 3 hari, diberi pupuk urea dan TSP masing -masing sebanyak
2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2. Setelah kolam pendederan
terisi air selam 7 hari, benih ikan hasil proses jantanisasi dimasukkan dengan
kepadatan 250 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan dapat
dilakukan dengan pakan berbentuk tepung yang khusus untuk benih ikan.
Pemupukan ulang dengan urea dan dan TSP dilakukan seminggu sekali dengan
takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 kolam dan
diberikan selama pemeliharaan ikan.
Setelah masa pemeliharaan 21 hari, ikan denga bobot rata-rata 1,25 g ( ukuran
panjang 3-5 cm ) bisa dipanen. Untuk panen benih ikan nila sebaiknya
digunakan jaring eret pada pengankapan awal. Bila jumlah ikan dalam kolam
diperkirakan tinggal sedikit baru dilakukan pengeringan airnya.
Ikan mempunyai daya tahan yang baik selama diangkut apabila perutnya dalam
keadaan kosong dan suhu air media relatif dingin. Karena itu apabila akan
panen dan diangkut sebaiknya ikan tidak diberi makan minimal 1 hari.
Pengangkutan menggunakan kantong plastik, dimana seper empat bagian berisi air
dan tiga per empat bagian berisi oksigen murni yang diberi es balok ukuran 20 x
20 x 20 cm3 ( es balok berada dalam media air bersama benih ikan
). Kantong plastik dengan volume 20 L bisa diisi ikan ukuran 5 cm
maksimal 1.500 ekor/kantong, dengan lama masa toleransi dalam kantong sekitar
10 jam.
C.
Pembesaran di Tambak
Usaha pembesaran ikan nila di tambak dengan sistem monokultur, mempunyai
sasaran produksi untuk pasar domestik maupun ekspor.
Untuk pembesaran nila di tambak, yang pertama dilakukan adalah tambak
diperbaiki pematangnya, saluran air dan pintu-pintu airnya. Lumpur dasar
tambak diangkat, selanjutnya tambak dikeringkan, sehingga semua hama ikan yang suka
mengganggu bisa musnah. Pengapuran dilakukan dengan takaran 50 g/m2
dan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 250 g/m2. Kemudian
tambak diisi air sampai ketinggian 70 cm, setelah tiga hari dilakukan pemupukan
dengan urea dan TSP dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25
g/m2. Pada awal pengisian air diusahakan kadar garamnya
sekitar 5 ppt dan selanjutnya bisa dinaikan selam masa pemeliharaan sampai 15
ppt.
Benih yang ditebar sebaiknya berukuran + 1,25 g ( panjang 3-5 cm )
dengan ukuran yang seragam dan sehat ditandai dengan warna cerah, gerakan yang
gesit dan responsif terhadap pakan. Untuk target panen ukuran rata-rata
15 g/ekor (+ 1 bulan ), padat penebaran sebanyak 20 ekor/m2.
Sedangkan untuk terget panen ukuran 500 g/ekor (+ 6 bulan pemeliharaan),
padat penebaran sebanyak 4 ekor/m2.
Selama masa pemeliharaan ini ikan diberi pakan tambahan berbentuk pelet
sebanyak 3%-5% per hari dari biomassa, dan diberikan dengan frekuensi tiga kali
sehari, pakan tersebut harus berkualitas dengan komposisi protein minimal 25% (
Lampiran 2 ).
Pada awal pemeliharaan, ketinggian air dipertahankan minimal 70 cm, dan bila
masa pemeliharaan telah telah mencapai dua bulan ketinggian air dinaikan,
sehingga menjelang pemeliharaan empat bulan ketinggian diusahakan mencapai 1,5
m.
Pemupukan ulang dengan pupuk kandang dilakukan dua bulan sekali dengan takaran
250 g/m2, sedangkan pemupukan ulang urea dan TSP dilakukan setiap
minggu dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2
selama masa pemeliharaan.
Dengan target produksi ukuran 500 g atau lebih per ekor terutama diperlukan
untuk produksi fillet, maka masa pemeliharaan adalah sekitar enam bulan.
Pemanenan dilakukan dengan cara disusur dari ujung menggunakan jaring
seser. Bila dirasakan populasi ikan dalam tambak sudah tinggal sedikit,
baru air tambak dikeringkan. Diusahakan ikan hasil tangkapan harus dalam
keadaan segar dan prima. Selainitu, untuk pasar ekspor komoditas nila ini
diperlukan penanganan yang lebih hati-hati terutama sekali dari aspek higienis
dan penampilan produk.
Untuk keperluan konsumsi lokal umumnya ikan dengan ukuran rata-rata 200 g/m2
sudah dapat dipasarkan dalam keadaan segar. Dalam proses penyimpanan,
pengankutan dan pemasaran dapat menggunakan es sebagai media untuk
mempertahankan kesegaran ikan.
Semoga Bermanfaat
infonya sangat menambah wawasan kak
ReplyDeletecsr alfamart